(Dankodaeral IV, bersama Danlanal Ranai saat menebar bibit ikan )
Natuna, News Faktual Net – Pagi itu, cuaca Natuna sedikit cerah. Air kolam bergelombang kecil ketika ratusan benih ikan nila dilepaskan ke permukaan. Di tepi kolam, Laksamana Muda TNI Berkat Widjanarko, Komandan Komando Daerah Angkatan Laut (Kodaeral) IV, tampak menunduk sesaat sebelum menebar genggaman terakhir. “Ini bukan sekadar menanam ikan,” ujarnya pelan, “tapi menanam ketahanan.”
Bersama Komandan Lanal Ranai, Kolonel Laut (P) Ady Dharmawan, dan para prajurit, Berkat Widjanarko datang meninjau program ketahanan pangan di pangkalan Angkatan Laut yang berdiri di bibir Laut Natuna, Kamis, 23 Oktober 2025. Di tempat yang menjadi titik terdepan Indonesia di utara ini, ketahanan pangan bukan hanya urusan dapur, tapi simbol kemandirian di wilayah strategis perbatasan.
Setelah penebaran dua ribu ekor benih ikan nila, rombongan berpindah ke lahan hijau di sisi barat kompleks pangkalan. Di sana, deretan pipa-pipa putih berisi tanaman sawi pakcoy dan sawi keriting tumbuh rapi dalam sistem hidroponik. Para prajurit bergantian memanen sayuran segar, hasil kerja tangan mereka sendiri. “Kebun ini untuk kebutuhan sehari-hari anggota, tapi juga kami bagikan ke warga sekitar,” kata Kolonel Ady.
Program ini memang dirancang agar Lanal Ranai tak hanya berfungsi sebagai pangkalan militer, tapi juga pusat ketahanan sosial dan ekonomi. Di tengah pasokan logistik, kerap terganggu akibat cuaca ekstrem atau jarak pengiriman yang jauh, upaya menanam dan membudidaya ikan menjadi cara praktis menjaga kemandirian pangan.
Tak berhenti di lahan pangan, Dankodaeral IV juga meninjau PAUD Teratai Lanal Ranai, sekolah kecil yang berdiri tak jauh dari dermaga. Di halaman sekolah, anak-anak mengenakan seragam warna biru muda, menyambut tamu mereka dengan lagu dan senyum malu-malu. PAUD ini tak hanya menampung anak prajurit, tapi juga anak-anak warga pesisir sekitar pangkalan. “Pendidikan usia dini adalah fondasi bangsa,” kata Laksamana Berkat. “TNI Angkatan Laut harus hadir tidak hanya menjaga laut, tapi juga masa depan.”
Kunjungan singkat itu berakhir menjelang siang, tapi pesan tertinggal terasa panjang, di perbatasan jauh seperti Natuna, kemandirian bukan sekadar slogan. Ia hidup dalam bentuk kebun kecil, kolam ikan, dan tawa anak-anak di ruang kelas sederhana.(Roy)
telah dibaca :
69












