Kapolsek Termuda yang Jadi Idola Warga: Iptu Dovie Eudy Zendy Hadirkan Polisi Humanis di Lenteng

SUMENEP – Kehadiran Kapolsek Lenteng, Iptu Dovie Eudy Zendy, membawa warna baru dalam pola pelayanan kepolisian di wilayah Kecamatan Lenteng. Sosoknya yang dikenal humanis, dekat dengan masyarakat, dan memiliki kepedulian tinggi terhadap warga kurang mampu maupun penyandang disabilitas membuatnya kian digemari oleh masyarakat setempat.

Dalam berbagai kesempatan, Iptu Dovie tidak hanya hadir sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai pribadi yang mengedepankan solidaritas kemanusiaan. Ia kerap turun langsung menyapa warga di pelosok, memberikan bantuan kebutuhan pokok, hingga pendampingan bagi keluarga miskin dan penyandang disabilitas yang membutuhkan perhatian khusus.

“Polisi harus menjadi solusi, bukan sebatas penegak aturan,” ungkapnya dalam sebuah kegiatan sosial yang digelar pekan lalu. Sikap itulah yang membuat hubungan antara Polsek Lenteng dan masyarakat semakin harmonis.

Di usia kepemimpinan yang masih relatif muda, Iptu Dovie dinilai mampu menunjukkan bahwa kepemimpinan modern di tubuh Polri dapat dimulai dari hal-hal sederhana: hadir, mendengar, dan membantu.

Sejumlah tokoh masyarakat Lenteng menyebut Iptu Dovie sebagai kapolsek termuda yang memberi teladan bagi jajaran Polsek lainnya. Pendekatannya yang lembut namun tegas dianggap berhasil mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian, khususnya di tingkat kecamatan.

“Beliau tidak segan turun ke rumah-rumah warga, melihat kondisi langsung, dan memastikan masyarakat yang membutuhkan mendapatkan perhatian. Ini contoh yang jarang,” ujar salah satu tokoh masyarakat.

Dengan karakter kepemimpinan yang merakyat dan program sosial yang terus berjalan, nama Iptu Dovie kini semakin melekat di hati warga Lenteng. Ia tidak hanya memimpin Polsek, tetapi juga membangun jembatan kemanusiaan yang menguatkan hubungan polisi dan masyarakat.

banner 400x130

Vendor SPPG Batuputih Arogan, Ancam Wartawan Dilaporkan Polisi dan TNI

SUMENEP – Upaya wartawan Reportase News untuk melakukan konfirmasi terkait dugaan ketidaksesuaian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Batuputih berujung pada tindakan pengusiran dan intimidasi oleh Kepala Dapur SPPG Batuputih, H. Mawardi, pada Sabtu (22/11/2025).

Insiden tersebut bermula saat wartawan datang secara baik-baik untuk melakukan silaturahmi sekaligus meminta klarifikasi atas sejumlah keluhan masyarakat terkait menu MBG yang dinilai terlalu sederhana dan diduga tidak memenuhi standar gizi nasional. Namun, alih-alih memberikan penjelasan, Mawardi yang juga mantan anggota DPRD dari Fraksi PKB disebut menunjukan sikap agresif.

Menurut keterangan wartawan yang hadir, Mawardi mengusir dan mengancam akan melaporkan wartawan kepada polisi dan TNI. Bahkan, pernyataannya disampaikan dengan nada tinggi menggunakan bahasa Madura.

“Ba’na rea abajinganna sengkok. Sengkok tao mak sotta ba’na. Elaporagina ka polisi ban TNI ba’na. Ella tak osa la mole,” (Kamu jangan ikut campur urusan saya. Saya bisa laporkan kamu ke polisi dan TNI. Kamu tidak usah di sini, pulang saja.) ujar Mawardi dengan nada keras sebagaimana disampaikan wartawan yang menjadi korban intimidasi.

Salah satu guru MTs Al-Iftitahiyah MH, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengakui bahwa menu MBG di Batuputih dinilai “biasa saja“, jauh dari menu bergizi seimbang sebagaimana standar pemerintah.

“Setiap guru juga dapat jatah, jadi kami tahu. Menunya biasa seperti makanan orang Batuputih sehari-hari. Buah hanya kelengkeng tiga biji atau pepaya. Apel atau pir belum pernah lihat,” ungkapnya melalui sambungan WhatsApp.

Program MBG sendiri bukan sekadar pembagian makanan gratis, melainkan investasi gizi untuk masa depan anak Indonesia. Berdasarkan Permenkes RI No. 28 Tahun 2019, menu MBG wajib memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) meliputi protein, karbohidrat, sayur segar, dan buah sesuai standar Balanced Nutrition Guidelines (BGN).

Namun, di masyarakat Batuputih, banyak keluhan terkait menu yang dianggap monoton.

Seorang warga mengunggah video di TikTok mempertanyakan mengapa sayur yang disajikan seringkali hanya kacang panjang.

“Area e topote adhe’ sayuranna pole ya? Salaenna otok talar ya. Ma’ lacu sabbhen are otok talar,” (Apakah tidak ada sayur lain? Kok itu-itu saja.) tulisnya dalam postingan tersebut.

Keluhan juga datang dari salah satu warga Batuputih berinisial MST, yang mengaku anggota SPPG namun tidak berada satu dapur dengan MBG Mawardi. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah wali murid sebenarnya ingin menyampaikan kritik, namun sebagian merasa sungkan.

“Menunya sangat sederhana. Banyak wali siswa mengeluh, tetapi mungkin sungkan karena alumni sekolah yayasan tersebut, jadi tidak berani kritik,” jelasnya.

Ia menambahkan, ada rencana menghadirkan ahli gizi untuk memperbaiki menu, namun ragu karena menu yang saat ini disajikan terlalu jauh dari standar MBG yang ideal.

Standar Pemerintah vs Realita Lapangan

Program MBG pemerintah pusat menekankan pentingnya:

  • Menu bergizi seimbang
  • Keberagaman protein hewani dan nabati
  • Porsi buah yang cukup
  • Variasi sayur setiap hari
  • Menu yang memenuhi AKG siswa

Namun dari temuan awal di lapangan serta keterangan para guru dan masyarakat, ada indikasi kuat bahwa menu MBG Batuputih masih jauh dari ketentuan tersebut.

Sejumlah warga Batuputih berharap Kepala Dapur MBG dan vendor pelaksana agar segera menyesuaikan menu dengan standar gizi yang ditetapkan pemerintah. Mereka menilai perlu ada audit, pelibatan ahli gizi, dan transparansi dalam penyusunan menu.

Hingga berita ini diterbitkan, Mawardi belum memberikan penjelasan resmi terkait teriakan pengusiran terhadap wartawan maupun dugaan ketidaksesuaian menu MBG.

Keluarga Desak Polisi Tuntaskan Kasus Kematian Kostanis Bame, Minta Kapolda Ambil Alih

 

SORONG,– Keluarga korban mendesak Kepolisian Resor (Polres) Sorong segera menuntaskan kasus kematian Kostanis Hasiway Bame yang terjadi Sabtu (24/5/2025) dini hari di dekat Rumah Makan Jonglo, SP 1, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.

Mereka meminta Kapolres Sorong beserta jajaran mengungkap dan memproses hukum pelaku yang diduga terlibat, serta mendesak Kapolda Papua Barat Daya untuk mengambil alih penyelidikan.

“Kami pihak keluarga korban mendesak Polres Sorong mengusut tuntas. Diduga pelaku utama berinisial RT dan YB. Mediasi sudah dilakukan 10 kali oleh pihak Lantas Polres Aimas, tetapi kasus masih jalan di tempat,” ujar orang tua korban, Jerry Bame, saat ditemui di Sorong, Rabu (13/8/2025).

Menurut Jerry, hasil visum RSUD Sele Besolu menunjukkan luka yang dialami anaknya bukan akibat kecelakaan lalu lintas, melainkan dugaan kuat pembunuhan. Ia juga menyebut hasil ritual adat yang dilakukan keluarga mengarah pada dua terduga pelaku tersebut.

“RT sempat ditahan, tapi dilepaskan tanpa pemberitahuan kepada keluarga. Polisi punya alat canggih seperti sidik jari dan lainnya, tapi prosesnya lambat,” kata Jerry sambil meneteskan air mata.

Kronologi Kejadian

Pada Jumat (23/5/2025) sekitar pukul 23.47 WIT, korban dijemput oleh temannya, RT, di rumah kos di Unit 1, Distrik Aimas. RT diketahui membawa minuman keras jenis cap tikus.

Keduanya sempat bertemu seorang saksi, Simon Nauw, di Jalan Pepaya Jalur II. Setelah minum bersama, mereka melanjutkan perjalanan ke SP 1 untuk bertemu dua teman lain, yakni Paul Weking dan Yorrys Basna.

Sekitar pukul 03.00 WIT, Paul Weking pamit, meninggalkan korban bersama RT dan YB. Pukul 04.30 WIT, korban ditemukan tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan dekat RM Jonglo, lokasi terakhir mereka minum.

YB kemudian melapor ke Pos Penjagaan Tugu Merah. Polisi yang menerima laporan membawa korban ke RSUD John Piet Wanane, lalu dirujuk ke RSUD Sele Besolu. Keluarga baru mendapat kabar sekitar pukul 12.10 WIT bahwa Kostanis telah meninggal dunia.

Jenazah dimakamkan pada Minggu (25/5/2025) di TPU Rufei, Kota Sorong.

Tuntutan Keluarga Korban

  1. Mendesak Kapolres Sorong dan jajaran segera mengungkap pelaku pembunuhan Kostanis Hasiway Bame.
  2. Meminta Kapolda Papua Barat Daya mengambil alih penanganan kasus.
  3. Meminta polisi memproses hukum para terduga pelaku yang telah disebutkan keluarga.

“Kami hanya ingin keadilan untuk anak kami. Jangan sampai kasus ini dibiarkan berlarut-larut,” pungkas Jerry. Ys

Kapolres Pegaf Kompol Bernadus Okoka Canangkan Program Polisi Cilik di Pegunungan Arfak


Tanamkan Disiplin Sejak Dini, Cetak Generasi Taat dan Mandiri

Pegunungan Arfak – Kapolres Pegunungan Arfak, Kompol Bernadus Okoka, mencanangkan program Polisi Cilik sebagai langkah awal pembinaan karakter generasi muda di wilayah pegunungan. Program ini akan merekrut siswa kelas 2 hingga kelas 4 SD, khususnya dari SD PPGI Pegunungan Arfak, sebagai bentuk penanaman disiplin dan kepribadian sejak usia dini.

Dalam kunjungannya ke sekolah tersebut, Kapolres berdiskusi dengan Kepala Sekolah mengenai pentingnya pembinaan anak-anak melalui kegiatan terstruktur, seperti latihan baris-berbaris, pembentukan sikap disiplin perorangan maupun kelompok, serta penanaman nilai kepatuhan terhadap orang tua, guru, dan ajaran agama.

Kapolres juga mengungkapkan rencana lanjutan untuk membentuk Saka Bhayangkara bagi siswa SMP dan SMA, guna memperluas pembinaan dalam bentuk karakter yang mandiri, tangguh, dan berjiwa nasionalis.

“Melalui program ini, kami berharap dapat mencetak anak-anak Pegunungan Arfak menjadi pribadi yang disiplin, taat aturan, dan mampu melihat perannya di tanah yang Tuhan berikan bagi mereka,” ujar Kompol Bernadus Okoka. redaksi